Senin, 17 Juni 2013
Tanda - Tanda Orang Masuk Sorganya Alloh
Posted By:
Unknown
on 03.46
Keinginan menjadi penghuni surga tidak cukup hanya
berdo’a, tapi kita harus berusaha memiliki sifat dan amal calon penghuninya dan
usaha itu sekarang dalam kehidupan kita di dunia ini.
1. Memberi Makan.
Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi oleh masing-masing orang, namun karena berbagai persoalan dalam
kehidupan manusia, maka banyak orang yang tidak bisa memenuhinya atau bisa
memenuhi tapi tidak sesuai dengan standar kesehatan, karena itu, bila kita
ingin mendapat jaminan masuk surga, salah satu yang harus kita lakukan dalam
hidup ini adalah memberi makan kepada orang yang membutuhkannya.
Rasulullah saw bersabda: “Sembahlah Allah Yang Maha
Rahman, berikanlah makan, tebarkanlah salam, niscaya kamu masuk surga dengan
selamat ” (HR. Tirmidzi)
Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Sesungguhnya
di surga terdapat kamar-kamar yang luamya dapat dilihat dari dalamnya dan
dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah menyediakannya bagi orang yang
memberi makan, menebarkan salam dan shalat malam sementara orang-orang tidur
” (HR. Ibnu Hibban).
Terdapat pula hadits senada soal ini yang perlu kita
perhatikan: “Di surga terdapat kamar-kamar yang luarnya dapat dilihat dari
dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya”. Abu Malik Al Asy’ari
berkata: “buat siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Bagi orang yang
berucap baik, memberi makan, dan di melalui malam dengan shalat sementara
orang-orang tidur” (HR. Thabrani, Hakim, Bukhari dan Muslim).
Bahkan sahabat Abdullah bin Salam mendengar pesan Nabi
kepada para sahabat yang berbunyi: “Wahai manusia, tebarkanlah salam,
berikanlah makan, sambunglah hubungan silaturrahim, shalatlah diwaktu malam
sementara orang-orang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat ”
(HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan Hakim).
2. Menyambung Silaturrahim.
Hubungan antar sesama manusia harus dijalin dengan
sebaik-baiknya, antara sesama saudara dalam iman, terutama yang berasal dari
rahim ibu yang sama yang kemudian disebut dengan saudara dalam nasab.
Bila ini selalu kita perkokoh, maka di dalam hadits di
atas, kita mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah saw, sedangkan bila kita
memutuskannya, maka kitapun terancam tidak masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga
orang yang suka memutuskan, Sufyan berkata dalam riwayatnya: yakni memutuskan
tali persaudaraan ” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Ketika Rasulullah saw bertanya kepada pada sahabat
tentang maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang akan menjadi
penghuni surga? diantaranya beliau menjawab: Seorang laki-laki yang mengunjungi
saudaranya di penjuru kota dengan ikhlas karena Allah ” (HR. Ibnu Asakir,
Abu Na’im dan Nasa’i).
3. Shalat Malam
Tempat terpuji di sisi Allah swt adalah surga yang
penuh dengan kenikmatan yang tiada terkira, karenanya salah satu cara yang bisa
kita lakukan untuk bisa diberi tempat yang terpuji itu adalah dengan
melaksanakan shalat tahajjud saat banyak manusia yang tertidur lelap, Allah swt
berfirman: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang Terpuji ” (QS Al Isra [17]:79).
Manakala seseorang sudah rajin melaksanakan shalat
tahajjud, ia merasa menjadi seorang yang begitu dekat dengan Allah swt dan
bukti kedekatannya itu adalah dengan tidak melakukan penyimpangan dari
ketentuan Allah swt meskipun peluang untuk menyimpang sangat besar dan bisa
jadi ia mendapatkan keuntungan duniawi yang banyak.
4. Memudahkan Orang Lain.
Dalam hidupnya, ada saat manusia mengalami kesenangan
hidup dengan segala kemudahannya, namun pada saat lain bisa jadi ia mengalami
kesulitan dan kesengsaraan.
Karena itu, sesama manusia idealnya bisa saling
memudahkan, termasuk dalam jual beli. Manakala kita sudah bisa memudahkan orang
lain, maka salah satu faktor yang membuat manusia mendapat jaminan surga telah
diraihnya.
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki
masuk surga. Dia ditanya: “Apa yang dulu kamu kerjakan?”. Dia menjawab,
dia ingat atau diingatkan, dia menjawab: “Aku berjual beli dengan manusia lalu
aku memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan dan mempermudah urusan
dengan pembayaran dengan dinar atau dirham”. Maka dia diampuni (HR. Muslim
dan Ibnu Majah)
Apabila dalam hidup ini kita suka memudahkan kesulitan
yang dialami orang lain, maka kitapun akan mendapatkan kemudahan dalam
kehidupan di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memudahkan
orang yang kesulitan, Allah memudahkannya di dunia dan akhirat ” (HR. Ibnu
Majah dari Abu Hurairah).
5. Berjihad.
Islam merupakan agama yang harus disebarkan dan
ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini, bahkan ketika dengan sebab disebarkan
dan ditegakkan itu ada pihak-pihak yang tidak menyukainya, lalu mereka
memerangi kaum muslimin, maka setiap umat Islam harus memiliki semangat dan
tanggungjawab untuk berjihad dengan pengorbanan harta dan jiwa sekalipun.
Manakala kaum muslimin mau berjihad, maka Allah swt
menyediakan surga untuk siapa saja yang berjihad di jalan-Nya, sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya: “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman
bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah
orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang
beruntung. Allah telah menyediakan bagimereka surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS
At Taubah [9]:88-89).
Di dalam hadits, Rasulullah saw juga bersabda tentang
jaminan Allah swt kepada orang yang berjihad dengan surga: Ada tiga orang
yang semuanya dijamin Allah azza wajalla, yaitu: seorang lelaki yang pergi
untuk berperang dijalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Allah
mewafatkannya, lalu memasukkannya ke surga dengan segala pahala atau harta
rampasan perang yang diperolehnya. Dan seseorang yang pergi ke masjid, maka dia
dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya lalu memasukkannya ke surga atau
mengembalikannya dengan pahala atau harta yang diperolehnya; dan seseorang yang
masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin olehAllah azza
wajalla (HR. Abu Daud).
Bahkan orang yang berjihad dan mati syahid meskipun
dahulunya ia kafir dan pernah membunuh kaum muslimin dijamin masuk surga,
Rasulullah saw bersabda: Allah tertawa kepada dua orang yang saling membunuh
yang keduanya masuk surga. Para sahabat bertanya: “Bagaimana yang Rasulullah?”.
Beliau menjawab: “Yang satu (muslim) terbunuh (dalam peperangan) lalu masuk
surga. Kemudian yang satunya lagi (kafir) taubatnya diterima oleh Allah ke
dalam Islam, kemudian dia berjihad dijalan Allah lalu mati syahid (HR.
Muslim dah Abu Hurairah ra).
6. Tidak Sombong.
Takabbur atau sombong adalah menganggap dirinya lebih
dengan meremehkan orang lain, karenanya orang yang takabbur itu seringkali
menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu datang dari orang yang
kedudukannya lebih rendah dari dirinya.
Oleh karena itu, bila kita mati dalam keadaan terbebas
dari kesombongan amat mendapatkan jaminan masuk surga, Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong,
fanatisme dan utang, maka ia akan masuk surga ” (HR. Tirmidzi).
Takabbur merupakan salah sifat yang diwariskan oleh
iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia divonis berdosa dan akan dimasukkan
ke neraka, Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu
(Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:
“bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia
tidak termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu
untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku lebih
baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari
tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang hina (QS Al A’raf[7]: 11-13, lihat pula QS Mukmin
[40]: 60).
Manakala seseorang berlaku sombong, sangat kecil
peluang baginya untuk bisa masuk ke dalam surga, di dalam hadits, Rasulullah
saw bersabda:”Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat
seberat biji sawi dari sifat kesombongan ” (HR. Muslim).
7. Tidak Memiliki Fanatisme Yang
Berlebihan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia termasuk kaum
muslimin hidup dengan latar belakang yang berbeda-beda, termasuk latar belakang
kelompok, baik karena kesukuan, kebangsaan maupun golongan-golongan
ber-dasarkan organisasi maupun paham keagamaan dan partai politik, hal ini
disebut dengan ashabiyah.
Para saha-bat seringkali dikelompokkan menjadi dua
golongan, yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan
Anshar (orang Madinah yang memberi pertolongan kepada orang Makkah yang
berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama tidak
sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan
seseorang berdasarkan golongan.
Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan
terhadap golongan sehingga segala pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan golongannya, bukan berdasarkan nilai-nilai kebenaran, maka hal ini
sudah tidak bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan ashabiyah yang sangat
dilarang di dalam Islam.
Bila kita mati terbebas dari hal ini, dijamin masuk
surga oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas, namun tidak masuk surga
seseorang yang mati dalam keadaan demikian, karena Rasulullah saw tidak mau
mengakui orang yang demikian itu sebagai umatnya.
Hal ini terdapat dalam hadits Nabi saw: “Bukan
golongan kamu orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang
yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang yang mati atas
ashabiyah ” (HR. Abu Daud)
8. Terbebas Dari Utang.
Dalam hidup ini, manusia seringkali melakukan hubungan
muamalah dengan sesamanya, salah satunya adalah transaksi jual beli. Namun
dalam proses jual beli tidak selalu hal itu dilakukan secara tunai atau
seseorang tidak punya uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun
meminjam uang untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah yang kemudian disebut
dengan utang.
Sebagai manusia, apalagi sebagai muslim yang memiliki
harga diri, sedapat mungkin utang itu tidak dilakukan, apalagi kalau tidak mampu
membayarnya, kecuali memang sangat darurat, karena itu seorang muslim harus
hati-hati dalam masalah utang.
Rasulullah saw bersabda: “Berhati-hatilah dalam
berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan
kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari ” (HR. Baihaki)
Namun apabila manusia yang berutang tidak mau
memperhatikan atau tidak mau membayarnya, maka hal itu akan membawa keburukan
bagi dirinya, apalagi dalam kehidupan di akhirat nanti.
Hal ini karena utang yang tidak dibayar akan
menggerogoti nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya di dunia, kecuali bila
ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk membayarnya.
Rasulullah saw bersabda: “Utang itu ada dua macam,
barangsiapa yang mati meninggalkan utang, sedangkan ia berniat akan membayarnya,
maka saya yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak
berniat akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya,
karena di waktu itu tidak ada emas dan perak ” (HR. Thabrani).
9. Peka Terhadap Peringatan.
Peka terhadap peringatan membuat seseorang mudah
menerima segala peringatan dan nasihat dari siapapun agar waspada terhadap
segala bahaya dalam kehidupan di dunia dan akhirat, sikap ini merupakan sesuatu
yang amat penting karena setiap manusia amat membutuhkan peringatan dari orang
lain, karenanya orang seperti itu akan mudah menempuh jalan hidup yang benar
sehingga mendapat jaminan akan masuk ke dalam surga.
Orang seperti ini digambarkan oleh Rasulullah saw
sebagai orang yang berhati seperti burung sebagaimana disebutkan dalam
sabdanya: “Akan masuk surga kelak kaum-kaum yang hati mereka seperti hati
burung ” (HR. Ahmad dan Muslim).
10. Menahan Amarah
Al ghadhab atau marah merupakan salah satu sifat yang sangat
berbahaya sehingga ia telah menghancurkan manusia, baik secara pribadi maupun
kelompok. Ada beberapa bahaya dari sifat marah yang harus diwaspadai.
Pertama, merusak iman, karena semestinya bila seseorang sudah
beriman dia akan memiliki akhlak yang mulia yang salah satunya adalah mampu
mengendalikan dirinya sehingga tidak mudah marah kepada orang lain.
Rasulullah saw bersabda: “Marah itu dapat merusak
iman seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu ” (HR. Baihaki).
Kedua, mudah mendapatkan murka dari Allah swt terutama pada
hari kiamat, karena itu pada saat kita hendak marah kepada orang lain mestinya
kita segera mengingat Allah sehingga tidak melampiaskan kemarahan dengan
hal-hal yang tidak benar.
Allah swt berfirman sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits Qudsi:
“Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir) “.
“Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir) “.
Ketiga, mudah marah juga akan mudah menyulut kemarahan orang
lain sehingga hubungan kita kepada orang lain bisa menjadi renggang bahkan
terputus sama sekali. Oleh karena itu, seseorang baru disebut sebagai orang
yang kuat ketika ia mampu mengendalikan dirinya pada saat marah sehingga
kemarahan itu dalam rangka kebenaran bukan dalam rangka kebathilan.
Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang
dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat
mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).
Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia
akan mendapatkan nilai keutamaan yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal
ini Rasulullah saw menyebutkan jaminan surga untuknya: “Janganlah engkau
marah dan surga bagimu ” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Thabrani).
11. Ikhlas Menerima Kematian Anak
dan OrangYangDicintai.
Setiap orang yang berumah tangga pasti mendambakan
punya anak, karena anak itu menjadi harapan masa depan dan kesinambungan
keluarga. Karenanya bahagia sekali seseorang bila dikaruniai anak, baik laki
maupun perempuan.
Karena itu saat anak lagi disayang dan amat diharapkan
untuk mencapai masa depan yang baik tapi tiba-tiba meninggal dunia, maka banyak
orang tua yang tidak ikhlas menerima kenyataan itu. Bila sebagai orang tua kita
ikhlas menerima kematian anak, maka hal ini bisa memberi jaminan kepada kita
untuk bisa masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah mati tiga anak
seseorang, lalu dia merelakannya (karena Allah) kecuali dia rnasuk surga”.
Seorang wanita bertanya: “atau dua orang anak juga, wahai Rasulullah?”. Beliau
menjawab: “atau dua anak” (HR. Muslim).
Meskipun demikian, sedih atas kematian anak tetap
boleh dirasakan karena tidak mungkin rasanya kematian anggota keluarga tanpa
kesedihan, Rasulullah saw sendiri amat sedih atas kematian anaknya, namun
kesedihan yang tidak boleh berlebihan seperti meratap.
Dalam suatu hadits dijelaskan: Anas ra berkata:
Ketika Rasulullah saw masuk melihat Ibrahim (puteranya) yang sedang
menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka kedua mata Rasulullah saw
bertinang-linang ketika ia wafat, sehingga tampak air mata mengalir di muka
beliau. Abdurrahman bin Auf berkata: “Engkau demikianjuga ya Rasulullah?”.
Jawab Nabi: “Sesungguhnya ini sebagai tanda rahmat dan belas kasihan”, Lalu
beliaubersabda: “Mata berlinang dan hati merasa sedih, tapi kami tidak berkata
kecuali yang diridhai Tuhan dan kami sungguh berduka cita karena berpisah
denganmu hai Ibrahim (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Di dalam hadits lain, jaminan surga juga diberikan
Allah swt kepada orang yang ridha menerima kematian orang yang dicintainya
dalam kehidupan di dunia ini.
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda
dalam hadits qudsi: “Tidak ada pembalasan dari bagi seorang hamba-Ku yang
percaya, jika Aku mengambil kekasihnya di dunia, kemudian ia ridha dan berserah
kepada-Ku, melainkan surga ” (HR. Bukhari).
12. Bersaksi Atas Kebenaran
Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang tidak perlu
diragukan lagi kebenarannya oleh setiap muslim, namun kenyataan menunjukkan
tidak semua muslim mau bersaksi dalam arti menjadi pembela kebenaran Al-Qur’an
dari orang yang menentang dan meragukannya, bahkan tidak sedikit muslim yang
akhimya larut dengan upaya kalangan non muslim yang berusaha meragukan
kebenaran mutlak Al-Qur’an.
Bersaksi atas kebenaran Al-Qur’an juga harus
ditunjukkan dengan penyebaran nilai-nilainya dalam kehidupan masyarakat dan
yang lebih penting lagi adalah kebenaran Al-Qur’an itu ditunjukkan dalam sikap
dan prilakunya sehari-hari.
Orang seperti inilah yang mendapat jaminan masuk surga
oleh Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan apabila mereka
mende-ngarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata
mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka
ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami
telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Al Ouran dan kenabian Muhammad saw). Mengapa Kami tidak akan beriman
kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami sangat
ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh
?”. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan,
(yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di
dalamnya, dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang
ikhlas keimanannya). (QS. Al-Maidah: 5]: 83-85).
13. Berbagi Kepada Orang Lain.
Banyak kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup
ini sehingga kebaikan-kebaikan yang kita laksanakan itu membuat kita menjadi
manusia yang dirasakan manfaat keberadaan kita bagi orang lain sehingga apapun
yang kita miliki memberi manfaat yang besar bagi orang lain apalagi bila hal
itu memang amat dibutuhkan oleh manusia.
Salah satunya adalah bila seseorang memberikan
binatang ternak yang dimiliki seperti kambing untuk kemudian dinikmati susu-nya
oleh banyak orang. Bila ini dilakukan, jaminan surga dijanjikan oleh Allah swt
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw: “Empat
puluh kebaikan yang paling tinggi adalah pemberian seekor kambing yang diperah
susunya. Tidak seorangpun yang melakukan salah satu darinya dengan mengharapkan
pahala dan membenarkan apa yang dijanjikan karenanya, kecuali Allah
memasukkannya ke dalam surga ” (HR. Bukhari).
14. Hakim Yang Benar.
Dalam hidup ini banyak sekali perkara antar manusia
yang harus diselesaikan secara hukum sehingga diperlukan pengadilan yang mampu
memutuskan perkara secara adil, untuk itu diperlukan hakim yang adil dan
bijaksana sehingga ia bisa memutuskan perkara dengan sebaik-baiknya. Bila ada
hakim yang baik, maka ia akan mendapat jaminan bisa masuk ke dalam surga.
Rasulullah saw bersabda: Hakim-hakim itu ada tiga
golongan, dua golongan di neraka dan satu golongan di surga: Orang yang
mengetahui yang benar lalu memutus dengannya, maka dia di surga. Orang yang
memberikan keputusan kepada orang-orang di atas kebodohan, maka dia itu di
neraka dan orang yang mengetahui yang benar lalu dia menyeleweng dalam
memberikan keputusan, maka dia di neraka (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’l,
Ibnu Majah dan Hakim).
Oleh karena itu, ketika seorang muslim menjadi hakim,
maka ia harus menjadi hakim yang benar, yakni hakim yang tahu tentang kebenaran
dan ia memutuskan perkara secara benar.
Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili
antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, danjanganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang
yang khianat (QS An Nisa [4]:105).
Mudahan-mudahan kita termasuk orang yang mau berusaha
untuk bisa masuk ke dalam surga.
Sumber : Khairu Ummah, Edisi 9, 12, dan 14 Tahun XVIII
– Februari 2009
Minggu, 16 Juni 2013
Kegiatan Siswa
Posted By:
Unknown
on 02.33
Salah satu kegiatan siswa yang dilaksanakan di MI AL-Amin Wonorejo.
Drumband MI Al-Amin
Karnaval
Gerak Jalan
Kepala Madrasah
Posted By:
Unknown
on 02.10
Langganan:
Postingan (Atom)